


Dalam upaya memperkuat kapasitas tenaga kesehatan di daerah, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) melalui Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Kalsel menggelar tiga pelatihan strategis yang resmi dibuka oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Muhamad Muslim.
Pelatihan yang dilaksanakan pada lingkup kabupaten/kota ini yakni Pelatihan Pencegahan Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak Angkatan I di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Pelatihan Pengelolaan Layanan Hepatitis B bagi Petugas Pelaksana Program di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di lingkup Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin dan Pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi Tenaga Kesehatan dalam Upaya Berhenti Merokok di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Angkatan I di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut Tahun 2025.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, Muhammad Muslim, menyampaikan bahwa ketiga pelatihan ini merupakan bentuk nyata komitmen pemerintah provinsi dalam mendukung program nasional penanggulangan penyakit menular dan tidak menular.
“Penularan HIV, sifilis, dan hepatitis B dari ibu ke anak masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Ini tidak hanya mengancam kesehatan ibu dan anak, tetapi juga berdampak jangka panjang pada kualitas hidup generasi mendatang. Karena itu, pencegahan penularan harus menjadi prioritas bersama,” tegas Muslim.
Dalam kaitannya dengan hepatitis, Indonesia memiliki target eliminasi hepatitis B pada 2030 dan hepatitis C pada 2040, sehingga strategi penanggulangan triple eliminasi harus dilaksanakan secara optimal mulai dari pencegahan, surveilans, penemuan kasus, hingga penanganan kasus yang diimbangi dengan promosi kesehatan.
“Petugas pelaksana program hepatitis di FKTP adalah garda terdepan yang harus kompeten, karena mereka yang akan memastikan target eliminasi tercapai,” tambahnya.
Selain penyakit menular, perilaku merokok juga menjadi tantangan besar di Indonesia. Tingginya konsumsi rokok berdampak pada tingginya kasus penyakit tidak menular (PTM) seperti PPOK, asma, penyakit jantung, stroke, dan kanker paru-paru.
“Kebiasaan merokok tidak hanya membebani biaya pengobatan, tetapi juga mengurangi produktivitas masyarakat. Oleh karena itu, pengendalian konsumsi rokok serta peningkatan kompetensi SDM dalam memberikan layanan upaya berhenti merokok di fasilitas kesehatan primer sangat penting,” jelas Muslim.
Dengan adanya pelatihan ini, Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel berharap tenaga kesehatan di kabupaten/kota dapat semakin siap dan mampu memberikan layanan kesehatan yang berkualitas, mendukung penanggulangan penyakit menular dan tidak menular, serta berkontribusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kalimantan Selatan.
Sementara itu, Kepala Bapelkes Kalsel, Abdul Basit, menjelaskan bahwa pelatihan ini menjadi jembatan penting untuk meningkatkan cakupan program kesehatan di masing-masing daerah.
“Arahan Bapak Plt Kepala Dinas jelas, pelatihan ini bukan hanya formalitas. Ini harus bisa memberikan daya ungkit di lapangan agar hasilnya nyata, minimal dalam tiga bulan ke depan ada peningkatan cakupan, seperti penemuan kasus HIV/AIDS, pengobatan hepatitis B, serta pencegahan penyakit tidak menular melalui upaya berhenti merokok,” ujar Abdul Basit.
Lebih lanjut, Abdul Basit menekankan bahwa pelatihan ini juga diimbangi dengan penerapan perilaku hidup sehat di lingkungan Bapelkes.
“Kami tidak hanya membekali peserta dengan teori dan praktik, tetapi juga membiasakan perilaku sehat selama pelatihan. Di Bapelkes, kami sediakan fasilitas olahraga, budaya langkah sehat, hingga pola makan bergizi seimbang. Ini penting, karena banyak petugas kesehatan lupa menjaga kesehatannya sendiri padahal mereka garda terdepan pelayanan,” pungkasnya.
Dengan pelatihan ini, diharapkan tenaga kesehatan dapat semakin optimal dalam mendukung upaya eliminasi penularan penyakit menular dan pencegahan penyakit tidak menular di Kalimantan Selatan. MC Kalsel/scw
sumber : diskominfomc.kalselprov.go.id