

Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) tidak hanya harus bisa mengelola suatu objek wisata, tetapi juga dituntut memiliki kemampuan untuk bercerita (story telling) tentang sejarah, budaya, dan keunikan dari objek wisata yang dikelola.
Hal inilah yang mendorong Dinas Pariwisata Kalimantan Selatan mengadakan Bimbingan Teknis Story Telling bagi sejumlah perwakilan Pokdarwis di Kota Banjarmasin.
Kepala Dinas Pariwista Kalsel Muhammad Syarifuddin diwakili Sekretaris Dinas Pariwisata Kalsel Tanwiriayah mengatakan, kemampuan story telling atau bercerita memiliki peran penting untuk membantu mengembangkan destinasi wisata di daerah.
“Di era persaingan yang semakin ketat, wisatawan tidak lagi hanya mencari destinasi yang indah atau terkenal. Mereka mencari pengalaman, makna, dan cerita untuk mengenal sejarah, budaya, tradisi, dan kehidupan masyarakat setempat. Disinilah peran penting dari kemampuan story telling bagi pengelola Pokdarwis di daerah,” kata Tanwiriah saat membuka Bimtek tersebut di salah satu hotel di Banjarmasin, Senin (5/5/2025).
Tanwiriah menilai bahwa dengan kemampuan bercerita yang baik, Pokdarwis tidak hanya menjual destinasi sebagai tempat, tetapi juga sebagai pengalaman yang mengesankan.
Dalam bercerita lanjut Tanwiriah, Pokdarwis bisa memanfaatkan berbagai media termasuk media digital untuk menyampaikan cerita agar lebih menarik lagi.
“Cerita yang disampaikan dengan baik mampu menghidupkan kembali nilai-nilai lokal, meningkatkan daya tarik destinasi, dan menciptakan ikatan emosional dengan wisatawan,” ujarnya.
Mengingat pentingnya kemampuan story telling bagi pengelola Pokdarwis, Dispar Kalsel pun akan mengagendakan Bimtek serupa bagi pengelola Pokdarwis di 12 kabupaten/kota lainnya secara bertahap.
“Untuk awal ini kita mulai dari Pokdarwis Kota Banjarmasin, dan akan kita lakukan bertahap untuk 12 kabupaten/kota lainnya,” ucap Tanwiriah.
Sementara itu Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Banjarmasin Emil Salim menilai bahwa peningkatan kompetensi story telling bagi Pokdarwis merupakan suatu langkah strategis untuk menarik minat kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara.
“Story Telling bukan hanya sekedar teknik bercerita tapi salah satu cara untuk membangun ikatan emosional dengan wisatawan, sehingga mereka merasa nyaman dan berminat untuk berkunjung kembali,” jelasnya.
Sedangkan Novyandi Saputra selaku narasumber pada kegiatan tersebut menuturkan bahwa tren pariwisata global saat ini lebih mengarah pada cerita (story).
“Karena pengaruh media sosial dan pengaruh kehidupan saat ini, orang-orang itu lebih senang dengar cerita. Jadi, alangkah baiknya jika pariwisa di Kalsel ingin menjadi bagian dari tren global itu, maka harus mulai mengalihkan strateginya untuk bercerita,” kata Novyandi.
Dia pun menilai bahwa pelatihan ini sangat penting untuk dilakukan secara berkelanjutan agar kemampuan kolektif pengelola pokdarwis dalam menyampaikan story telling bisa terus meningkat.
“Memang saharusnya Pokdarwis itu paham tentang sejarah objek wisata yang dikelola, mulai dari mitosnya, keadaan lingkungannya, sampai produk yang dikelola agar bisa diceritakan dengan baik dan menarik orang untuk datang. Oleh karena itu, saya harap kegiatan seperti ini bisa terus dilaksanakan secara berkelanjutan,” imbuhnya.
Ditempat yang sama Muhammad Redho perwakilan Pokdarwis Kampung Biru mengatakan bahwa dirinya menyambut baik atas pelatihan yang diberikan oleh Dispersip Kalsel ini.
Dia pun mengaku bahwa pengelola Pokdarwis di Kampung Biru sudah mulai menerapkan story telling ini sejak beberapa tahun lalu.
“Benar kata Pak Novy tadi bahwa cerita itu penting, orang berkunjung itu yang paling berkesan adalah cerita dari objek wisata yang dikunjungi. Kami sendiri sudah menerapkan story telling ini, sambil berjalan atau makan-makan biasanya kami ceritakan kepada wisatawan bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Melayu, bagaimana kehidupan warga Kampung Biru zaman dulu, dan sejarah terciptanya kuliner soto Banjar,” tukasnya. MC Kalsel/Jml
sumber : diskominfomc.kalselprov.go.id